“
AJJALIRENG “ , menuju Desa Sehat yang
ber-PHBS
(
Sebuah Kearifan lokal membangun Desa Ber-PHBS di Kabupaten Bone)
Oleh
: dr.H.Eko Nugroho, M.Adm.Kes
(Kabid
Kesga dan Kesmas Dinkes Kab.Bone Prov.Sul-Sel)
Konsep
“Desa Siaga” yang mulai dicanangkan
oleh pemerintah sejak tahun 2006 hingga saat ini telah berkembang dan
menggeliat menjadi salah satu program andalan di bidang kesehatan dalam upaya
lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat Desa,
menyiapsiagakan masyarakat dalam menghadapi masalah-masalah kesehatan serta memandirikan
masyarakat dalam mengembangkan prilaku hidup bersih dan sehat.
Kegiatan pengembangan dan pembinaan Desa Siaga
juga telah dilakukan secara intensif di Kabupaten Bone dengan mengacu kepada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1529/Menkes/SK/X/2010 tentang
Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, kegiatan yang pertama
dilakukan adalah mengidentifikasi jumlah dan kriteria pentahapan Desa Siaga
Aktif dan sampai tahun 2011 telah terdapat sebanyak 372 Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif di kabupaten Bone.
Grafik.1
Grafik
Jumlah Desa Siaga Aktif tahun 2011 di
Kabupaten Bone
Perkembangan cakupan Desa Siaga menggambarkan adanya upaya sistematis penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan pada tingkat desa/kelurahan yang
juga merupakan salah satu parameter pencapaian kinerja SPM (Standar Pelayanan
Minimal) bidang kesehatan di Kabupaten/Kota sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No.741/Menkes/Per/VII/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan Kabupaten/Kota dan Keputusan
Menteri Kesehatan No.828/Menkes/sk/IX/2008 tentang petunjuk teknis Standar
Pelayanan minimal Bidang kesehatan di Kabupaten/Kota.
Upaya yang sistematis ini terlihat
pula dari diadakannya model pembiayaan kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif melalui dana Bantuan Operasional kesehatan (BOK) yang dikucurkan oleh
Kementerian Kesehatan sejak tahun 2010 sampai saat ini dan telah digunakan oleh
puskesmas untuk mengembangkan kegiatan operasional desa siaga, dana BOK ini
bagaikan suntikan vitamin yang menyegarkan bagi puskesmas untuk menjalankan
fungsinya sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan No.128/Menkes/SK /II/2004 tentang kebijakan
dasar puskesmas.
Dinas
Kesehatan Kabupaten Bone melalui tugas pokok dan fungsi pada Bidang Kesehatan keluarga dan
Masyarakat berkewajiban untuk mengawal konsep Desa Siaga hingga diharapkan
dapat diterapkan ke seluruh Desa dan Kelurahan yang jumlahnya sebanyak 372
buah, hal ini tentu membutuhkan kemampuan yang memadai untuk menjadikan Program
Desa Siaga ini sebagai Issu utama dalam pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan. Bak gayung bersambut, Alhamdulillah dengan pembinaan yang intensif dari Dinas Kesehatan
provinsi Sulawesi Selatan melalui seksi Promosi Kesehatan telah melakukan
berbagai upaya penguatan program desa siaga di Kabupaten Bone melalui
sosialisasi, pertemuan pengelola promkes, pelatihan kader desa siaga serta yang
sangat penting bagi kami di kabupaten adalah
diadakannya pelatihan Tim Fasilitator Desa Siaga Tingkat Kabupaten/Kota yang
dilaksanakan pada tahun 2010 di Balai Pendidikan dan Latihan Kesehatan
(BAPELKES) Makassar.
Gambar.1
Tim Fasilitator Desa Siaga Kabupaten Bone pada
kegiatan pelatihan TOT Fasilitator desa siaga tingkat kabupaten/kota di
BAPELKES Makassar, 12-17 Juli 2010
Tim fasilitator desa siaga kabupaten
bersama dengan komponen Dinas Kesehatan di seksi Promkes kemudian melakukan
pengelolaan program desa siaga melalui
kegiatan seperti sosialisasi, pembinaan, supervisi, pertemuan rutin triwulanan
dengan petugas promkes puskesmas, monitoring, evaluasi dan Advokasi. Sampai
saat ini melalui upaya advokasi kepada Pemerintah Kabupaten Bone telah di
terbitkan Surat Keputusan Bupati No.181 tahun 2012 tentang tim Pembina pokjanal
desa dan keluarahan siaga aktif tingkat Kabupaten Bone.
Hal yang menurut kami tak kalah
pentingnya adalah upaya bina suasana yang distimulasi oleh kegiatan berupa lomba
posyandu dan desa siaga , kegiatan lomba tersebut telah kami aktifkan
kembali pada dua tahun terakhir ini setelah beberapa lama sempat vacuum. Dari
hasil kegiatan lomba inilah maka pada tahun 2012 terpilih Desa Ajjalireng
Kecamatan Tellusiattinge , sebagai desa siaga terbaik dengan Motto/Slogan
mereka : “Desa Ajjalireng , Desa
ber-PHBS”.
Desa Ajjalireng terletak di sebelah utara
Kabupaten Bone berjarak kurang lebih 25 km dari Watampone yang merupakan
ibukota Kabupaten Bone. Jumlah penduduk pada tahun 2012 yaitu 1.544 Jiwa yang
terdiri dari 755 laki-laki dan 792 perempuan.
Sejarah penamaan Desa Ajjalireng
berasal dari kata Jali’ =tappere yang berarti “tikar” , terdapat kebiasaan
masyarakat desa ini sejak dahulu , ketika ada Jali’=tappere digelar/dihamparkan
di tanah berarti pasti akan dilaksanakan lagi pertemuan desa atau musyawarah desa untuk membicarakan
sesuatu yang penting bagi masyarakat, karena kebiasaan ini sangat sering
dilakukan oleh masyarakat maka kemudian desa ini diberikan nama Desa
Ajjalireng.
Dalam aspek kesehatan pun tidak
luput dari materi pembahasan masyarakat desa Ajjalireng ketika bermusyawarah
dan sejak tahun 1994 desa ini telah
melaksanakan Program kesehatan di desa yang dikenal sebagai PKMD (Program
Kesehatan Masyarakat Desa) diantaranya kegiatan balai pengobatan desa, pos obat
desa, desa sehat dan jamban keluarga
secara aktif hingga saat ini. Pelaksanaan program desa siaga dimulai di desa
Ajjalireng dengan dibuatnya Surat Keputusan Kepala Desa pada tahun 2010 tentang
pembentukan pengurus forum desa siaga aktif , kemudian telah diadakan pelatihan
terhadap 2 orang kader desa siaga/poskesdes dengan dana bantuan sosial pada tahun 2009
dan pelatihan 2 orang kader poskesdes
dari Balai Pelatihan dan Latihan kesehatan (BAPELKES) Makassar pada tahun 2010.
Upaya pengadaan sarana berupa
bangunan permanen POSKESDES untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar telah
terealisasi pada tahun 2011 melalui dana APBD Kabupaten. Sementara itu
keberadaan tenaga bidan di desa Ajjalireng
telah ditempatkan dan bertugas sejak tahun 2002.
Keberadaan
forum desa siaga yang aktif serta hasil Survey Mawas Diri (SMD) yang telah
dilakukan pada tahun 2010 menunjukkan data sebagai berikut di bawah ini :
Grafik.2 Cakupan 10 indikator PHBS hasil survey PHBS
pada bulan maret tahun 2010
Gambar.2 pelaksanaan MMD untuk membahas
hasil
SMD/survey PHBS tahun 2010
|
Pemaparan
hasil Survey Mawas Diri (SMD) yaitu survey PHBS yang dilakukan oleh tim
fasilitator desa siaga tingkat puskesmas melalui kegiatan Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD) menunjukkan masih adanya cakupan indikator PHBS yang masih rendah
yaitu Melakukan cuci tangan pakai sabun (50,7%) , Memberantas jentik nyamuk
(50%) , Makan buah dan sayur (62,6%) dan tidak merokok dalam rumah (48,5%) serta pemaparan data surveylance penyakit dari
bidan desa selama tahun 2010 dimana terdapatnya 1 kasus Gizi buruk dan 1 orang
balita BGM, masih ada penderita penyakit TB Paru, masih tingginya kasus
penyakit diare terutama pada anak balita dan penderita hipertensi yang juga
cukup banyak . Dipaparkan pula bagaimana kondisi partisipasi masyarakat dalam
kegiatan UKBM yang masih rendah seperti pada kegiatan posyandu dimana cakupan
indikator D/S=76% dan cakupan indikator
N/S=64%, sebagaimana tabel dan grafik dibawah ini;
Dari hasil pembahasan hasil Survey
Mawas Diri (SMD) dalam kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) diatas maka ada beberapa rencana tindak lanjut atas
permasalahan kesehatan yang telah diidentifikasi , yaitu :
1.
Perlunya kembali
merevitalisasi fisik posyandu yaitu dengan melakukan perbaikan sarana posyandu
dengan sumber dana dari swadaya masyarakat,
Alokasi Dana Desa (ADD) dari pemerintah desa dan Lintas sector terkait
ditingkat desa seperti UPTD Puskesmas, UPT KB-KS, PKK desa, UPT Pertanian ,
serta Tokoh masyarakat dan Tokoh Agama dengan membentuk Badan Penyantun
Kesehatan Desa.
2.
Perlunya
peningkatan fungsi posyandu selain melakukan kegiatan rutin pelayanan posyandu
untuk sasaran bayi, balita , ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas , maka akan dibentuk pula pelayanan kesehatan untuk
kelompok usila.
3.
Perlunya
melakukan gerakan PHBS di desa
terutama usaha agar semua Rumah Tangga menggunakan
jamban keluarga, semua Rumah Tangga memiliki
kebiasaan CTPS dan bagaimana mengurangi
kebiasaan merokok di dalam rumah.
4.
Meningkatkan
kegiatan penyuluhan kesehatan di desa dengan materi Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) misalnya pentingnya melakukan pemberantasan jentik nyamuk, pola
gaya hidup sehat dengan aktivitas fisik serta makan buah dan sayuran, Cuci
tangan pakai sabun, mengurangi kebiasaan merokok di dalam rumah , pentingnya
membawa balita ke posyandu tiap bulan untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangannya, dll.
Membangun
desa Ajjalireng sebagai Desa ber-PHBS
1. Pembangunan sarana fisik posyandu
Pembangunan
sarana fisik posyandu dilakukan dengan memobilisasi dana yang bersumber dari
masyarakat melalui badan penyantun kesehatan desa yang terdiri dari tokoh
masyarakat dan tokoh agama desa Ajjalireng, dana dari pemerintah desa melalui
dana Alokasi Dana Desa (ADD), sumbangan berupa uang dan material (pasir, batu,
papan ,bibit tanaman , dll) dari dinas terkait di tingkat desa seperti UPTD Puskesmas, UPT KB- Gambar.4 Kegiatan rehabilitasi Posyandu oleh masyarakat UPT KB-KS, UPT Pertanian, dan PKK desa . Pengerjaan perbaikan fisik ini dilakukan secara gotong-royong oleh masyarakat desa Ajjalireng.
Gambar.5 Hasil rehabilitasi Posyandu
oleh masyarakat desa Ajjalireng
2. Pelayanan kesehatan terhadap Usia Lanjut di
Posyandu
memberian pelayanan
kesehatan bagi Usia lanjut di Posyandu dilakukan tiap bulan dalam bentuk
pemeriksaan kesehatan Usila, pemeriksaan laboratorium secara berkala, senam
usila dan penyuluhan kesehatan gizi serta PHBS bagi usila dan keluarganya.
Gambar.6 Kegiatan pelayanan posyandu USILA
3. Penggerakan masyarakat desa Ajjalireng menuju desa ber-PHBS
Rumat Tangga menggunakan jamban keluarga
Dari
hasil data SMD/Survey PHBS pada bulan maret 2010 diketahui bahwa jumlah Rumah tangga
(RT) sebanyak 318 buah dengan 397 Kepala keluarga (KK), cakupan yang menggunakan
jamban keluarga sebanyak 84,3% dan pada bulan Agustus 2012 seluruh Rumat Tangga
sebanyak 342 dengan 373 KK di desa Ajjalireng sudah menggunakan jamban keluarga
(100%) dan dinyatakan sebagai desa ODF (Out Defecation Free)
Melakukan Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
Dari hasil data SMD/Survey PHBS pada
bulan maret 2010 diketahui cakupan keluarga yang melakukan CTPS sebesar 50,7% ,
sehingga untuk meningkatkan cakupan tersebut maka oleh tim desa siaga di desa
Ajjalireng membuat contoh tempat untuk mencuci tangan berupa ember-galon yang dilengkapi sabun cuci
tangan (CTPS Rumah tangga) di tempatkan di depan POSKESDES dan POSYANDU ,
kemudian oleh kepala desa disosialisasikan/diumumkan di setiap kesempatan
pertemuan kepala dusun atau masyarakat agar setiap Rumah tangga yang ada bisa
membuat tempat cuci tangan yang contohnya sudah terpasang di depan poskesdes
dan posyandu.
Gambar.7 Cuci tangan pakai sabun di rumah tangga |
Hasil sosialisasi tentang CTPS ini ,
maka sekarang seluruh Rumah tangga di desa ajjalireng memiliki tempat ember
gallon yang dilengkapi sabun cuci tangan , dimana kebiasaan yang terbentuk
adalah setiap anggota keluarga sebelum masuk kerumah apabila dari sawah, kebun,
ataupun bagi anak sepulang dari sekolah , ibu yang dari pasar singgah dulu di depan rumah untuk
mencuci tangan pakai sabun. Sampai bulan November 2012 ini, setiap Rumah tangga
(100%) menyediakan tempat ember-galon cuci tangan tersebut.
Sama
halnya dengan pembuatan tempat CTPS ,
maka dilakukan juga pembuatan contoh model
POJOK MEROKOK Rumah Tangga yang di tempatkan di area dekat Posyandu, dan
keberadaan berikut kegunaannya juga disosialisasikan oleh kepala desa pada
setiap kesempatan pertemuan dengan kepala dusun dan masyarakat, dengan
intesitas yang cukup baik maka sampai bulan November 2012 ini, di desa
Ajjalireng telah terdapat sebanyak 23 buah POJOK MEROKOK Rumah Tangga . Satu
pojok merokok diperuntukkan kepada sekitar 10 rumah tangga yang ada
disekitarnya.
Gambar.8 Kegiatan di Pojok merokok Rumah tangga |
Dengan adanya POJOK MEROKOK Rumah
Tangga ini, diharapkan kebiasaan merokok di dalam rumah yang dilakukan oleh
anggota keluarganya bisa dikurangi, dan dari data serial cakupan indikator “tidak merokok di dalam rumah” hasil
survey PHBS terlihat mulai ada peningkatan dimana pada tahun 2010 sebesar 48,5%
menjadi 69,4% pada bulan maret 2012.
Analisa
dampak kegiatan desa ber-PHBS di Desa Ajjalireng
Geliat
upaya pengembangan desa siaga aktif di
Desa Ajjalireng yang dimulai dengan ditetapkannya Surat Kepala Desa pada tahun
2010 tentang pembentukan forum desa siaga , maka ada beberapa hal yang dapat
digambarkan berdasarkan data tiga tahun terakhir tentang cakupan indikator
PHBS, data surveylance penyakit serta data hasil cakupan program bidang
kesehatan khususnya indikator Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat untuk melihat
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan di desa Ajjalireng , sebagai
berikut:
Analisa
dampak kegiatan desa ber-PHBS di Desa Ajjalireng
Geliat
upaya pengembangan desa siaga aktif di
Desa Ajjalireng yang dimulai dengan ditetapkannya Surat Kepala Desa pada tahun
2010 tentang pembentukan forum desa siaga , maka ada beberapa hal yang dapat
digambarkan berdasarkan data tiga tahun terakhir tentang cakupan indikator
PHBS, data surveylance penyakit serta data hasil cakupan program bidang
kesehatan khususnya indikator Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat untuk melihat
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan di desa Ajjalireng , sebagai
berikut:
Grafik.3 Trend peningkatan cakupan indikator PHBS
Pada
grafik diatas menggambarkan perkembangan 3 tahun terakhir indikator PHBS dari
hasil survey PHBS di desa Ajjalireng yang menunjukkan peningkatan cakupan yang
sangat berarti, dimana pada tahun 2010 rata-rata indikator PHBS hanya 69% dan
pada tahun 2012 meningkat menjadi 94%.
Hasil survey PHBS yang telah dilakukan
selama 3 tahun tersebut ternyata terdapat kesamaan kecenderungan adanya
peningkatan cakupan indikator program upaya kesehatan berbasis masyarakat yang
dalam hal ini berarti telah terjadi peningkatan partisipasi masyarakat di
bidang kesehatan, sesuai grafik berikut di bawah ini :
Grafik.4 Trend peningkatan
Partisipasi masyarakat di posyandu
Hubungan yang menarik
dapat kita lihat ketika kita mengaitkan antara data hasil survey PHBS
dengan Data Surveylance dimana terlihat bahwa antara peningkatan cakupan
ke 3 indikator PHBS yaitu melakukan CTPS
, menggunakan air bersih dan menggunakan jamban keluarga secara simultan
berdampak pada penurunan jumlah kejadian diare pada anak balita sehingga
mengurangi kasus penyakit infeksi pada balita yang banyak menyebabkan kejadian balita
dengan BGM dan yang lebih penting lagi adalah kasus Gizi Buruk di desa
Ajjalireng dapat dicegah.
Grafik
.5 Penurunan kasus balita BGM,Gizi buruk
dan
kejadian
Diare pada usia balita
Demikianlah sekelumit tentang upaya
pengembangan desa siaga aktif di Desa Ajjalireng , dengan modal sosial yang
telah berurat akar lama yang disebut jali’
ternyata mampu kembali diangkat walaupun dengan kemasan kekinian yang kita
kenal dalam bahasa program sebagai Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) ,
istilah boleh berbeda dari waktu ke
waktu tapi susbtansi semangat masyarakat desa Ajjalireng untuk tahu, mau dan
mampu mandiri hidup sehat merupakan suatu nilai kearifan lokal yang dapat kita
temukan disetiap tempat di manapun kita berada. Sekian dan terima kasih .
Wassalam.